BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dinamika
kehidupan TKW masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, terlebih dengan
persoalan TKW yang semakin beragam. Persoalan TKW tidak saja muncul ketika mereka berada di negara yang mereka tempati
saat bekerja dengan peralakuan-perlakuan negatif yang didapat dari majikan,
pelecehan seksual, dan berbagai persoalan lainnya. Meskipun berbagai kasus dan
persoalan menimpa TKW,
masih banyak masyarakat yang memilih untuk menjadi TKW. Hal ini diakibatkan
karena jumlah lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah pencari kerja
yang ada. Permasalahan tersebut semakin menarik ketika kota Pekalongan
yang dikenal sebagai kota Batik dan kota industri yang sebagian besar penduduknya mengandalkan perekonomian keluarga dengan industri
batik rumah tangga.
Namun pada kenyataannya, animo masyarakat Kabupaten Pekalongan untuk menjadi pekerja imigran keluar
Negeri masih besar. Banyak masyarakat Kabupaten
Pekalongan yang memilih untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita sebagai alternatif
untuk memperbaiki perekonomian. Salah satunya banyak tersebar di desa yang nantinya
Peneliti teliti yaitu Kelurahan Karanganyar Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Dari hasil pengamatan
dan studi awal peneliti menunjukan bahwa sebagian besar warga Kelurahan
Karanganyar bekerja sebagai penjahit dan buruh serabutan, dimana tingkat
pendidikan warga lebih banyak pada tingkat Dasar. Di desa Karanganyar sendiri ada
sekitar 166 warga yang menjadi buruh migran perempuan baik itu yang sudah
menjadi mantan TKW ataupun masih menjadi TKW terhitung sejak 2010 hingga 2012.[1] Berbagai
latar belakang menjadi motivasi warga Desa Karangayar Tirto memilih menjadi
TKW. Seperti keadaan ekonomi yang minim, melihat kesuksesan yang diraih
tetangganya yang sudah lebih awal bekerja sebagai TKW menjadi alasan paling
mendasar. Mereka juga lebih memilih menggunakan jasa calo yang sudah pernah
menjadi TKW dan sukses dibanding menggunakan jasa PJTKI. [2]
Perubahan perilaku para
mantan TKW menjadi persoalan yang
menarik untuk dicermati. Bagaimana mantan TKW bersosialisasi kembali dengan
keluarga dan masyarakat sekitar asalnya, bagaimana perubahan perilaku ekonomi para mantan tkw. Berangkat
dari relitas dan pemikiran tersebut, sangat dan relevan jika dilakukan
penelitian mengenai “PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL – EKONOMI MANTAN TKW DAN
KEBERLANGSUNGAN HIDUP KELUARGA (STUDI MANTAN TKW DI KELURAHAN KARANGANYAR TIRTO
KABUPATEN PEKALONGAN)”.
B.
Masalah Penelitian
1.
Bagaimana Perubahan perilaku sosial - ekonomi mantan TKW di Kelurahan Karanganyar
- Tirto Kabupaten Pekalongan?
2.
Bagaimana dampaknya terhadap keberlangsungan hidup keluarga
TKW di Kelurahan Karanganya - Tirto Kabupaten Pekalongan?
C. Pembatasan Masalah
1.
Perubahan perilaku disini adalah ditinjau dari sisi sosial dan ekonomi .
D. Signifikansi Penelitian
Tujuan Penelitian
a. Untuk memperoleh
gambaran perubahan perilaku sosial -
ekonomi mantan TKW di Kelurahan Karanganyar – Tirto, Kabupaten Pekalongan.
b.
Untuk mengungkap
dan mengetahui dampak perubahan perilaku
sosial – ekonomi mantan TKW terhadap keberlangsungan hidup keluarga mantan TKW
di Kelurahan Karanganyar – Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Manfaat Penelitian
a.
Untuk Peneliti
Penelitian
ini sangat berguna bagi peneliti karena mendapatkan informasi sekaligus aplikasi ilmu yang peneliti dapat di bangku kuliah dalam ranah
sosial.
b. Untuk Mahasiswa
Bagi mahasiswa umumnya memberikan informasi dan
menambah khasanah keilmuan khususnya pengetahuan mengenai permasalahan sosial
c.
Untuk
masyarakat
Memberikan informasi akan pentingnya bertindak lebih teliti dalam mengambil keputusan
menjadi TKW.
d.
Untuk
STAIN Pekalongan
Sebagai
salah satu refrensi dalam kaitannya dengan program-program pengabdian masyarakat.
E. Kajian
Riset Sebelumnya
Untuk mendukung penelitian ini, penulis mencantumkan beberapa penelitian
terdahulu yang releven dengan masalah yang akan diteliti.
Pada penelitian sebelumnya oleh Priyanto tahun
2011 dalam penelitiannya yang berjudul Dampak bekerja di luar Negeri terhadap
perubahan sosial budaya (studi kasus mantan TKI di desa kenteng kecamatan
susukan kabupaten semarang). Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa pilihan masyarakat untuk menjadi TKI mempengaruhi kehidupan secara
ekonomi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Triana
sofiani, berjudul Pergeseran pola relasi gender dan eskalasi cerai gugat dalam
keluarga perempuan pekerja migran kabupaten Pekalongan. Di dalam penelitian
tersebut memberikan kesimpulan semakin meningkatnya angka perceraian di
kabupaten pekalongan salah satunya merupakan dampak pergeseran pola relasi
gender mantan perempuan pekerja migran.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Terry
Iranawaty dkk tahun 2008 berjudul TKW Pengaruhnya terhadap kelangsungan
hidup Berkeluarga dan Kelangsungan Pendidikan anak di Kabupaten Sleman. Dari
hasil penelitian tersebut menyimpulkan dampak keberangkatan TKW bervariasi
berkaitan dengan berpindahnya tugas suami menjadi kepala keluarga yang utama
mencari nafkah beralih kepada istri dan berakibat pada kelangsungan pendidikan
anak-anak tkw.
Dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang telah
dipaparkan di atas lebih meneliti mengenai
pengaruh pemilihan pekerja migran baik itu TKI maupun TKW terhadap pola
pergeseran gender di keluarga secara ekonomi dan pendidikan. Lokasi pada
penelitian sebelumnya di Semarang dan Sleman. Kemudian yang dilakukan oleh Triana
Sofiana lokus penelitian di Kabupaten Pekalongan.
Namun dalam penelitian ini peneliti mencoba
mengkaji dan meneliti tentang dampak
perubahan perilaku mantan TKW dilihat dari sisi kehidupan Sosial-Ekonomi
terhadap keberlangsungan hidup keluarga mantan TKW. Penelitian ini nantinya fokus
kajian pada perubahan perilaku sosial dan ekonomi mantan TKW, dan fokus utama
untuk mengungkap dampaknya terhadap keberlangsungan hidup keluarga TKW. Lokasi
penelitian ini berada di Kelurahan Karangayar-Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Oleh karena itulah penelitian ini mencoba memasuki
ruang yang belum pernah dikaji pada penelitian sebelumnya.
F. Kerangka
Teori
Dalam membedah
permasalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan teori berikut
: Teori Perilaku, Teori sosial – ekonomi.
1.
Teori Perilaku
Menurut Skinner yang disebut sebagai kepribadian
adalah sekelompok respon terhadap lingkungan: jika respon tersebut mendapat
imbalan, respon tersebut akan lebih mudah kembali muncul. Skinner berpendapat
bahwa hampir semua perilaku manusia atau organisme lain mengikuti prinsip itu,
dan perilaku seperti inilah bersama-sama yang kita sebut sebagai kepribadian.[3]
Oleh karena itu menurut peneliti perubahan
perilaku Sosial – Ekonomi pada mantan Tenaga Keja Wanita juga bisa terjadi
karena adanya respon terhadap lingkungan sosial, budaya yang mereka terima
ketika mereka menjadi TKW kemudian kembali lagi ke daerah asalnya dalam
penelitian ini adalah kelurahan Kalanganyar. Pemikiran tersebut juga dipertegas
oleh teori peranan (Role Theory) yang menjelaskan bahwa tingkah laku
dibentuk oleh pernan-peranan yang diberikan masyarakat bagi individu-individu
untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, teori ini menekankan pengaruh
faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yang berbeda
(Sarbin & Allen, 1968; Biddle & Thomas, 1966). [4]
2.
Perilaku Sosial - Ekonomi
Hakikat manusia adalah
sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial setiap individu dalam menjalani hidup berinteraksi dengan orang lain
atau sering kita kenal dengan sebutan relasi interpersonal. Berbagai aktivitas
antar individu satu dangan lainnya disebut dengan perilaku sosial. Begitu juga
dengan mantan tenaga kerja wanita (tkw) di kelurahan karanganya – tirto dimana
perubahan perilaku mereka juga dipengaruhi dan mempengaruhi interaksi sosial
dan ekonomi.
Lewin
mengungkapkan “Bahwa orang akan cenderung berubah jika didekati sebagai anggota
suatu kelompoknya, ia memerlukan kesepakatan dari kelompok, karena itu ia
menyesuaikan tingkah laku kepada ukuran kelompok, dengan demikian akan mudah
pula ia berubah jika ukuran kelompok tersebut juga berubah. (garna 1992 : 83)
perubahan suatu masyarakat dapat terjadi akibat pertumbuhan penduduk, penerapan
teknologi baru, kontak dengan budaya luar, gerakan sosial, (emansipasi) dan kejadian
alam (adiwikarta, 1988 :57). Dengan demikian perubahan sosial bisa timbul
dengan sendirinya, tetapi juga bisa direncanakan. [5]
Demikian
halnya pada perilaku ekonomi yang bersifat dinamis. Konsep perilaku sosial - ekonomi mengacu pada
krech yaitu kecenderungan respon sosial individu yang meliputi kecenderungan
peranan, sosiometrik dan kecenderrungan sekspresi. Perilaku ekonomi adalah reaksi individu yang
dipengaruhi oleh sikap untuk memenuhi kebutuhannya yang dibagi dalam kategori
produktif, konsumtif, dan distributif. Perilaku ekonomi setiap orang berbeda
karena dipengaruhi oleh pendapatan yang dimilki, setting sosial, lingkungan,
tingkat pendidikan, pengalaman dan kelompok acuan. [6]
G.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (taylor dan
Bogdan, 1985 : 5).[7] Yang
dalam hal ini adalah untuk mendapatkan data deskriptif mengenai mantan TKW di Kelurahan
Karanganyar – Tirto, Kabupaten pekalongan.
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Pekalongan,
tepatnya di Kelurahan Karanganyar kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Dengan pertimbangan, antara lain : pertama,
Banyaknya jumlah TKW yang tersebar di Kabupaten Pekalongan, kedua,
Kelurahan Karanganyar – Tirto sebagian besar membuka home industri dengan
jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebanyak 1516[8].
Namun kenyataannya banyak warga Perempuan yang tetap memilih menjadi Pekerja
Migran (TKW). Ketiga, efektifitas dan kelancaran dalam penelitian,
karena domisili peneliti telah banyak mengenal tipologi sosial – budaya
Kabupaten Pekalongan.
2.
Penentuan Informan.
Informan
kunci dalam Penelitian ini adalah mantan TKW yang sudah berkeluarga. Penentuan informan menggunakan purposive
sampling, dan dikembangkan dengan metode snowwball. Untuk melakukan croscek
diperlukan informasi dari suami, orang tua, anak, calo, ataupun masyarakat
sekitar yang dianggap mengetahui kondisi informan maupun keluarga informan.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
adalah peneliti itu sendiri, dengan menggunakan alat bantu seperti perekam,
camera, alat-alat tulis maupun daftar pokok wawancara.
4.
Metode Pengumpulan Data
a.
Observasi
Tekhnik ini dilakukan untuk mengetahui secara
langsung kondisi awal sosial – ekonomi mantan tkw, yang mencangkup: kondisi
rumah, lingkungan sosial masyarakat sekitar, budaya dan kondisi ekonomi
keluarga mantan tkw.
b.
Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara dengan menggunakan pedoman interview
guide. Wawancara akan dikembangkan saat dilapangan dengan tetap fokus pada
permasalahan yang diteliti. Wawancara dilakukan 2 kali, dengan metode purposive
dan tekhnik snowball diharapkan mampu mendapat informasi yang lengkap.
5. Tekhnik Analisis
Teknik analisis
menggunakan analisis kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman.
Dengan proses kerja analisis tiga alur yaitu: mereduksi data, menyajikan data
dan penarikan kesimpulan, diamana ketiganya dilaksanakan bersamaan sebagai
sesuatu yang terkait dan interaktif pada saat, selama, dan sesudah pengumpulan
informasi dan data. Untuk tekhnik pengecekan validitas data menggunakan
triangulasi.
BAB II
KERANGKA DAN PERUBAHAN
PERILAKU SOSIAL-EKONOMI
A. Perilaku Sosial Ekonomi :
suatu acuan teori
1.
Teori perilaku
Menurut talcott parson,[9]
tingkah laku individu dalam masyarakat bukan merupakan tingkah lku biologis
yang bebas, akan tetapi sebagai tingkah laku yang terstruktur. Artinya tingkah
laku seseorang merupakan jawaban atas respon terhadap keadaan yang nyata yang
dihadapi dan merupakan hasil bekerjanya nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Jadi tingkah laku seseorang harus ditempatkan dalam kerangka sistem sosial yang
terbagi dalam subsistem-subsistem.
Perilaku individu
sehari-hari dipengaruhi oleh peran dari satu atau beberapa model (contoh) yang
hidup didekat individu tersebut. Seringnya interaksi dengan model tersebut maka
individu akan sering juga mengambil referensi tindakan untuk ditirunya.
Dalam pengertian lain dijelaskan Perilaku adalah
merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
1. fisik, dapat diamati,
digambarkan dan dicatat baik frekuensi,
durasi dan intensitasnya
2. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi.
3. Waktu,
suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan dating
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku
yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa
lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa
didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut.[10]
2.
Sosial-ekonomi
a. Masyarakat sosial-ekonomi
merupakan suatu bentuk historis masyarakat. Pembentukan masyarkat ini
berdasarkan pada suatu ideologi cara produksi tertentu, yang muncul dalam setiap
pembabakan perkembangan umat manusia.
Menurut Save M. Dagun, Sejarah pertumbuhan masyarakat ekonomi lebih
dikatakan sebagai transisi dari kuantitas ke kualitas. Transisi ini sebagai
sumber hukum pertumbuhan yang menyatakan bahwa akumulasi perubahan kuantitatif
gradual, yang tidak kelihatan pada setiap proses, yang secara niscaya
menyebabkan perubahan kualitas secara spontan atau radikal. Perubahan ini dapat
menyebabkan suatu peralihan ibarat lompatan dari kualitas lama ke kualitas
baru.[11]
b. Manusia sosial-ekonomi
Manusia dianggap sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri serta
manusia dianggap sebagai makhluk ekonomi, yang artinya manusia tidak dapat
hidup tanpa makan, pakaian dan perumahan.
3.
Teori Perubahan Perilaku Sosial –ekonomi
Konsep perilaku sosial
dan ekonomi mengacu pada krech[12],
yaitu kecenderungan respon sosial individu yang meliputi kecenderungan peranan,
seismometrik dan kecenderungan ekspresi. Perilaku ekonomi adalah reaksi
individu yang dipengaruhi oleh sikap untuk memenuhi kebutuhanya yang dibagi
dalam kategori produktif, konsumtif dan distributif.
Perilaku ekonomi setiap
orang berbeda karena dipengaruhi oleh pendapat yang dimiliki, seting sosial,
lingkungan, tingkat pendidikan, pengalaman, dan kelompok acuan. Sedangkan perilaku
sosial dipengaruhi oleh berbagai macam paradigma yang terkait dengan kehidupan
bermasyarakat. Paradigma perilaku sosial dalam ilmu sosial khususnya sikologi sering disebut
pendekatan bihavioristik. Fokus utama pandangan paradigma ini adalah bahwa
setiap perilaku manusia sebagai hasil interaksi memiliki orientasi tertentu,
sesuai dengan apa yang diinginkan pelaku tindakan tersebut. Paradigma ini lebih
memusatkan diri pada perhatian tentang hubungan antarindividu dan hubungan
individu dengan lingkunganya. Singkatnya paradigma ini merupakan studi tentang
hubungan antara individu dengan objek sosial dan hubungan antara individu
dengan objek nonsosial. Para penganut paradigma ini cenderung memusatkan
perhatian pada proses interaksi.[13]
Interaksi sosial merupakan suatu
hubungan antara individu satu dengan individu yang lainnya dimana individu yang
satu dapat mempengaruhi individu yang lainya sehingga terdapat hubungan yang
saling timbal balik(Bimo walgito,1990).
Terbentuknya perilaku banyak dipengaruhi oleh perangsang oleh
lingkungan sosial dan kebudayaan : keluarga, norma, golongan agama, dan adat
istiadat. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu,
misalnya : ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembanganya sikap
banyak dipengaruhi oleh lingkungan., norma-norma atau grup. Hal ini akan
mengakibatkan perbedaan sikap antara individu dengan yanglain, karena perbedaan
pengaruh atau lingkungan yang diterima.
Perubahan perilaku adalah suatu
bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia
(Miltenberger, Tahun 2001). Sedangkan analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu
untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi.
Perubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur perubahan perilaku untuk membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa
lingkungan yang mempengaruhi perilaku)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku :
1.
Faktor
intern ; faktor yang terdapat dalam diri manusia.
2.
Faktor
ekstern : faktor yang terdapat diluar diri manusia
Misalnya : interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan
manusia melalui alat-alat komunikasi,
seperti Media Televisi, Radio, dan lain-lain
Penelitian Rogers (1974)[14]
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1.)
Awareness
(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus
(objek) terlebih dahulu
2.)
Interest,
yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3.)
Evaluation
(menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4.)
Trial,
orang telah mulai mencoba perilaku baru
5.)
Adoption,
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting)
B. Kerangka Analisis
Perubahan perilaku Sosial-Ekonomi
Kerangka analisis perubahan sosial-ekonomi adalah
kerangka analisis dasar yang merupakan suatu jaringan atau matriks untuk
mengumpulkan data ditingkat mikro dalam suatu komunitas atau rumahtangga.
Kerangka perubahan perilaku biasanya dipakai oleh penganut aliran ilmu sosial
konflik yang memusatkan perhatian pada pergeseran pola sosial yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor ekonomi.
Kerangka analisis perubahan perilaku sosial-ekonomi
merupakan sistem untuk mengetahui adanya pergeseran atau perubahan pola sosial,
gaya hidup dan interaksi sosial yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Kerangka
analisis ini akan membantu memahami pokok persoalan perempuan mantan pekerja
migran (TKW) yang terjadi pada keadaan yang nyata yang merupakan hasil
bekerjanya nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan dipengaruhi oleh peran
dari satu atau beberapa model (contoh) yang hidup didekat individu serta faktor
budaya negara tempat bekerja dari TKW tersebut.
Tujuan Analisis Perubahan perilaku sosial-ekonomi
adalah mengidentifikasi pergeseran pola sosial-ekonomi (gaya hidup, pola
konsumsi dan interaksi terhadap masyarakat dan keluarga),mengetahui latar
belakang adanya perubahan perilaku dan merumuskan masalah akibat adanya
perubahan sosial-ekonomi. Analisis ini merupakan kerangka kerja yang digunakan
untuk mempertimbangkan dampak suatu kegiatan atau aktivitas yang mungkin
terjadi pada perempuan mantan pekerja migran, dampak keberlangsungan hidup
keluarga dan dampak sosial ekonomi di masyarakat.
Teknik analisis menggunakan analisis kualitatif
model interaktif dari Miles dan Huberman. Dengan proses kerja analisis tiga
alur yaitu: mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan, diamana
ketiganya dilaksanakan bersamaan sebagai sesuatu yang terkait dan interaktif
pada saat, selama, dan sesudah pengumpulan informasi dan data. Untuk tekhnik
pengecekan validitas data menggunakan triangulasi.
Dalam menganalisa perubahan perilaku sosial
ekonomi perempuan mantan pekerja migran (TKW) terdapat beberapa kategori yang
terkait, diantaranya adalah :
1.
Relasi Gender dalam Institusi Keluarga
Konsep pergeseran pola
perilaku sosial-ekonomi tidak akan bisa dipahami tanpa melihat konsep gender.
Pemahaman terhadap konsep ini akan diperlukan untuk menganalisis dan memahami
persoalan perubahan sosial-ekonomi secara lebih luas. Hal ini terjadi karena
ada kaitan erat antara konsep pergeseran pola relasi gender dengan perubahan
perilaku sosial-ekonomi yang terjadi pada mantan TKW.
Dalam kamus bahasa
inggris, “gender” diartikan sebagai “jenis kelamin”. Menurut mansour
Fakih, gender diartikan sebagai jenis kelamin sosial, yaitu sifat yang melekat
/ dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara
sosial maupun kultural. Ciri-ciri dan sifat itu sendiri dapat dipertukarkan,
dapat berubah dari waktu kewaktu. Serta berbeda dari satu tempat ketempat lain.
Terbentuknya perbedaan gender melalui proses yang sangat panjang, dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat dan dikonstruksi secara sosio kultural bahkan
melalui ajaran keagamaan maupun negara.[15]
Dalam institusi keluarga,
konsep relasi gender dalam konteks penelitian ini adalah konsep hubungan sosial
antara laki-laki dan perempuan berdasarkan kualitas, skill, peran dan fungsidalam
konvensi sosial yang bersifat dinamis mengikuti kondisi sosial yang selalu
berkembang.[16]
Sedangkan institusi
keluarga adalah institusi sosial dasar dari lembaga sosial yang lebih besar.
Menurut horton dan Hunt istilah keluarga digunakan untuk menunjuk beberapa
pengertian, antara lain : (1) suatu kelomppok yang mempunyai nenek moyang yang
sama; (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan;
(3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah dengan anak;
(5) satu orang, janda atau duda (singgle parent) dengan satu atau
beberapa anak.[17]
Dalam penelitian Triana
Sofiana, yang dimaksud dengan institusi keluarga adalah sebuah institusi sosial
dasar yang disatukan oleh perkawinan yang mempunyai komponen dan yang mempunyai
komponen-komponen dengan peran sosial dan fungsi masing-masing. Peran-peran itu berhubungan timbal-balik dan
saling tergantung membentuk satu kesatuan rumah tangga untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi antar komponen sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing
diperlukan agar sistem tersebut dapat berjalan.[18]
Berdasarkan hal diatas,
analisis gender dalam keluarga merupakan suatu pemahaman sosial antara laki-laki
dan perempuan (suami dan istri) sebagai suatu hubungan kekeluargaan yang
satusama lain terkait dengan keberlangsungan hidup keluarga tersebut baik
secara ekonomi maupun sosial, dalam hal ini keberlangsungan hidup keluarga
tidak hanya dipengaruhi faktor ekonomi saja namun juga harmonisasi antara suami
dan istri. Selanjutnya akan dianalisis dalam kategori anaisis dampak siklus
kegiatan.
2.
Analisis Dampak Siklus Kegiatan
Berusaha untuk menelaah
kegiatan dari informasi yang telah diperoleh. Proses yang dipakai adalah
mempertanyakan bagaimana proses keberlangsungan hidup keluarga setelah pulang dari
negara tempat bekerja. Siklus kegiatan yang akan ditanyakan secara terperinci
adalah melalui analisis keadaan, mulai dari keadaan yang ada secara ekonomi
(sebelum dan sesudah bekerja menjadi TKW), tanggapan masyarakat mengenai gaya
hidup dan yang paling utama adalah dampak keberlangsungan hidup keluarga
semenjak pulang dari negara tempat bekerja.
BAB III
SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT DAN PEREMPUAN PEKERJA MIGRAN DESA KARANG ANYAR
A. Sosial ekonomi Masyarakat
Desa Karang Anyar
Desa Karanganyar merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Tirto Kabupaten
Pekalongan dengan luas wilayah 152,222 Ha/m2 yang terdiri dari luas pemukiman
sebesar 36,569 Ha/m2, luas persawahan 2,843 Ha/m2, luas kuburan 2.221 Ha/m2,
luas pekarangan 60,597 Ha/m2, luas tanah persawahan 39,769 Ha/m2 dan luas
prasarana umum lainya 10,223 Ha/m2. Jarak desa ke ibu kota kecamatan sekitar 3
km, jarak desa ke kota pekalongan sekitar 15 km. Desa ini berbatasan langsung
dengan Desa Sidorejo di sebelah utara, Desa Wuled di sebelah selatan, Desa
Pandanarum disebelah timur dan Desa Deleg Tukang di sebelah barat.[19]
Jumlah penduduk terdiri dari laki-laki mencapai 2.454 jiwa, jumlah
perempuan 2.204 jiwa. Lihat tabel.
Jumlah Laki-laki
|
2.454
|
Jumlah Perempuan
|
2.204
|
Jumlah Total
|
4.658
|
Jumlah Kepala keluarga
|
1152
|
Kepadatan Penduduk
|
|
Sumber : Data Kelurahan
Karanganyar
Data diatas menunjukan
bahwa secara kuantitatif jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari pada
penduduk perempuan dengan selisih 250 jiwa. Sedangkan secara geografis, letak
Desa Karanganyar dekat dengan kota.
1.
Kondisi Sosial Masyarakat Desa Karanganyar
Kondisi sosial masyarakat Desa Karanganyar hampir sama secara umum dengan
kondisi masyarakat Kabupaten Pekalongan lainya, yaitu kental dengan budaya Patriarki.
Hal ini karena sebagian besar masyarakat adalah suku jawa yang masih memegang
budaya ke-jawaan. Misalnya budaya unggah-ungguh, gotong royong, sambatan
ketika ada kerja bakti membersihkan lingkungan dan masih banyak lagi yang
mencerminkan sikap tradisionalis suku jawa.
2.
Kondisi Ekonomi Mayarakat Desa Karanganyar
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Karanganyar, baik dilihat dari angkatan
kerja, rata-rata mata pencaharian, penduduk dan tingkat kesejahteraan
masyarakat, masih menunjukan katergori yang rendah. Hal ini terkait dengan
rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk
akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, begitu juga sebaliknya. Tingkat
pendidikan penduduk Desa Karanganyar sebagaimana terlihat dalam tabel:
Tabel 2
Jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan dan jenis kelamin Desa Karanganyar tahun 2007
Tingkat Pendidikan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
|
135
|
139
|
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Playgrup
|
42
|
109
|
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
|
-
|
-
|
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
|
186
|
120
|
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah
|
-
|
-
|
Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat
|
9
|
8
|
Tamat SD/sederajat
|
746
|
740
|
Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP
|
20
|
14
|
Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTA
|
26
|
28
|
Tamat SMP/sederajat
|
156
|
153
|
Tamat SMA/sederajat
|
118
|
114
|
Tamat D-1
|
4
|
3
|
Tamat D-2
|
16
|
9
|
Tamat D-3
|
5
|
4
|
Tamat S-1
|
16
|
22
|
Tamat S2
|
1
|
2
|
Tamat S-3
|
-
|
-
|
Tamat SLB A
|
1
|
1
|
Sumber : Data Kelurahan tahun 2007
Data diatas menunjukan
tingkat pendidikan penduduk masih tergolong rendah. Dari penduduk total yang
mencapai 4.658 jiwa, hanya beberapa saja yang menempuh pendidikan minimal 9
tahun. Dari data di atas dapat dilihat yang mengenyam pendidikan lulus SLTP
sebanyak 156 jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 153 jiwa penduduk perempuan,
tamatan SMA sebanyak 118 jiwa penduduk laki-laki dan 114 jiwa penduduk
perempuan; dan yang menempuh Pendidikan Tinggi dari tingkat D-1 hingga tingkat
S-2 sebanyak 43 jiwa penduduk laki-laki dan 41 jiwa perempuan.
Mata pencaharian penduduk
Desa karanganyar sebagian besar berada pada sektor industri dan kerajinan rumah
tangga, dan paling banyak bekerja sebagai tukang jahit. Sejumlah 456 jiwa
bekerja sebagai tukang jahit, 26 jiwa sebagai tukang batu, 21 jiwa sebagi
tukang kayu, 2 jiwa sebagai pemulung , 2 jiwa sebagai tikang anyaman, 2 jiwa
sebagi tukang rias dan sebanyak 78 jiwa di industri rumahtangga lainya. Namun pada
data yang sama jumlah tenaga kerja disektor jasa yang bekerja sebagai buruh
pekerja migran juga besar yaitu sebanyak 220 jiwa laki-laki dan 166 jiwa perempuan.[20]
Faktor yang mempengaruhi
banyaknya pekerja migran di Desa Karanganyar adalah dari rendahnya pendidikan
masyarakat desa (lihat tabel.2) dan karena tdak seimbangnya jumlah tenaga kerja
dengan jumlah pekerjaan yang tersedia. Selain itu faktor pengaruh dari
masyarakat Desa Karanganyar, khususnya para tenaga kerja migran yang telah
“sukses” setelah bekerja di luar negri yang menjadi referensi masyarakat lainya
untuk mengadu nasib di negara luar.
B. Perempuan Pekerja Migran
Desa Karanganyar
Kemiskinan yang akut, kebutuhan rumahtangga yang semakin meningkat dan
semakin mahalnya biaya pendidikan anak tidak akan mampu diselesaikan dengan
upah yang kecil. Ditambah tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menjadi
penyebab tingginya jumlah pekerja migran di Desa Karanganyar.
Sebagian besar tempat tujuan perempuan Pekerja Migran adalah di Arab Saudi.
Dalam penentuan tempat tujuan, para perempuan ini di berangkatkan oleh PJTKI
yang ada di Jakarta namun memiliki Sponsor (orang dari desa karanganyar yang
menyalurkannya ke PJTKI yang ada di Jakarta). Menurut Ibu Afida (Kepala Desa
Karanganyar) para promotor ini biasanya adalah mantan TKI yang telah kembali
setelah bertahun-tahun bekerja menjadi sehingga sehingga kenal dengan manajemen
PJTKI, yang kemudian dipercaya untuk mencari tenaga kerja lain yang ingin
diberangkatkan ke tempat negara-negara yang membutuhkan jasa Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).[21]
Berikut informan yang menjadi objek dalam penelitian ini :
Informan pertama ibu Faidzah
(43), bekerja di kota Damam (arab saudi) selama 2 tahun 4 bulan pada tahun
2005-2008 dan di Madinah selama 2 tahun. Profesinya sekaranga adalah sebagai
penjahit konveksi, memiliki anak 5 dan Suami bekerja tenun di industri rumah
bligo dengan penghsilan sebesar 25.000,00 per hari. Motifasi Ibu Faizah menjadi
TKW adalah karena faktor ekonomi yang menurutnya “ hidup di sini sulit mas,
karena melihat suami yang hanya penghasilanya 25.000, untuk membiayai anak-anak
sekolah susah”[22]
Gaji pertama 600 reyald kedua 800 real pada saat itu kurs reyald adalah
2500 rupiah per reyal. Perusahaan yang memberangkatkannya yaitu PJTKI PT AMRI dari Bpk H Rahman di kertijayan untuk yang tempat tujuan pertama di kota Damam
dan PT Mutiara oleh mas atun untuk pemberangkatan kedua yaitu ke Madinah. Menurut
Ibu Faizah, gaji yang dihasilkan selama menjadi TKW digunakan untuk
menyekolahkan anaknya, merenofasi rumah dan membeli mesin jahit 1 buah.
Kondisi sosial-budaya di Arab saudi yang menurutnya memiliki budaya
keislaman yang ketat aturan, misalnya perempuan dilarang berbicara dengan
laki-laki yang belum dikenal, aturan memakai cadar di luar rumah dan budaya
lain termasuk bahasa keseharian yang digunakan terkadang masih melekat dalam
diri Ibu faizah.
Harapannya sekarang ingin memulai usaha dengan berdagang dirumah agara
tidak ada pikiran untuk pergi ke luar negri lagi. Sampai Sekaramg waktunya di
luangkan untuk menjahit.
Informan kedua ibu Atika (41
th), pendidikan terakhir MTS. Menjadi TKW pada tahun 2008-2010 dengan gaji
sebesar 800 reyaldh. Ibu lima anak ini berpendapat bahwa gaji sebesar itu tidak
sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Ia diberangkatkan oleh PJTKI dari PT
Alam Raya dengan sponsornya adalah ibu lurah.
Dari wawancara dengan bu atika didapat informasi bahwa majikan tempat ia
bekerja baik, tidak terlalu ketat, bahkan ketika ibu atika masuk rumah sakit,
majikan menanggung semua biaya rumah sakit selama 1,5 bulan di rumah sakit di
Thaif. Sebelum diberangkatkan, Ibu Atika menempuh Training pendidikan di
PJTKI selama 20 hari.
Motivasi menjadi TKW adalah untuk menyekolahkan anaknya yang kuliah, SMK,
SMP dan SD. Beban biaya sekolah yang besar menjadi alasan utama. Namun untuk
keperluan rumah, suami dari ibu sudah mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Suami bekerja
buruh jahit, borongan dari pengusaha konveksi dan memiliki 2 mesin jahit.menurutnya
“saya bekerja di sana karena bingung masalah biaya pendidikan anak, karena
pada waktu itu anak-anak masih pada sekolah dan juga ada yang mondok, sehingga
biaya pendidikanya sangat besar. Kalau upah suami untuk keperluan sehari-hari
sudah tercukupi.”[23]
Hasil dari bekerja digunakan untuk membiayai sekolah, wisuda, pondok dan
membeli sebuah sepeda motor merk suzuki keluaran tahun 1992. Berdasarkan
penuturan ibu atika, bahwa ibu faizah yang juga menjadi sumber data primer kami
memiliki perilaku ekonomi berbeda setelah menjadi TKW, rumahnya yang dahulu
belum di tembok, belum di keramik sekarang sudah rapi dikeramik dan memiliki
satu buah mesin jahit untuk menjahit dirumah.
BAB IV
ANALISIS PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL-EKONOMI MANTAN TKW DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBERLANGSUNGAN HIDUP KELUARGA
A. Faktor Penyebab perubahan
perilaku sosial-ekonomi
Budaya patriarkhi,[24]
menempatkan posisi laki-laki diposisi dominan dengan peranya sebagai
pengatur dan pengambil keputusan dalam keluarga. Posisi laki-laki sebagai
kepala keluarga dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi. Sedangkan posisi perempuan pada posisi kedua yang memiliki tanggung
jawab di luar kebutuhan secara financial walaupun seorang istri memiliki
penghasilan yang dapat untuk keperluan keluarga, penghasilan istri tetap
dianggap sebagai penghasilan tambahan.
Berdasarkan penelitian di lapangan, sebelum berangkat menjadi pekerja
migran, Kondisi ekonomi keluarga cukup lemah, penghasilan keluarga yang hanya
mengandalkan dari suami saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Secara umum yang melatarbelakangi para perempuan pekerja migran ini adalah
himpitan faktor ekonomi. Misalnya yang terjadi pada keluarga Faidzah (43) yang
merupakan salah satu informan, bahawa motivasi berangkat menjadi TKW adalah
karena faktor ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan
menyekolahkan anaknya tidak cukup dengan upah kerja suaminya sebesar 25.000
rupiah.
Selama proses bekerja diluar negri, terdapat proses asimilasi budaya dari
negara tersebut yang sedikit ataupun banyak mempengaruhi perilaku sosial. Hal
ini sesuai dengan pendapat dengan talcott parson bahwa perilaku individu
sehari-hari dipengaruhi oleh peran dari satu atau beberapa model (contoh) yang
hidup didekat individu tersebut. Seringnya interaksi dengan model tersebut maka
individu akan sering juga mengambil referensi tindakan untuk ditirunya.[25]
Pengaruh budaya dipengaruhi seberapa lama mereka bekerja di luar negri,
semakin lama bekerja, semakin banyak perilaku dari budaya tempat bekerja yang
terserap. Hal ini secara sadar ataupun tidak menjadi kebiasaan hidup yang
selalu dilakukanya. Misalnya perilaku dalam berjilbab, penggunaan warna
hitam-hitam yang dipengaruhi oleh budaya arab saudi dan lain sebagainya. Perubahan
perilaku ini sesuai dengan pendapat Marx [26],
bahwa bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensi namun eksistensi
manusialah yang menentukan kesadaran manusia. Artinya bahwa, dengan adanya
perubahan lingkungan sosial, maka akan mempengaruhi perubahan dalam diri
individu.
Sedangkan ketika perempuan pekerja migran ini kembali ke tengah-tengah
keluarga (pasca migran), yang terjadi kemudian adalah perubahan ekonomi yang
nampak secara fisik baik berupa dengan membangun rumah, membeli sepeda motor maupun
non fisik berupa gaya hidup; serta perubahan sosial yang mengikutinya seiring
perubahan ekonomi yang ada.
Sebagai ilustrasi, pada waktu pra migran, maka segala urusan “dapur” adalah
milik istri (perempuan), namun setelah berangkat, pekerjaan tersebut beralih
kepada suami, atau keluarga perempuan dekat. Para perempuan pekerja migan
tersebut mengirimkan sebagian gajinya secara berkala untuk membantu kebutuhan
sehari-hari, membeli motor, ataupun merenovasi rumah sebagai bentuk
ke”sukses”an mereka bekerja diluar negri. Seperti yang diungkapkan ibu Afida “sebagian
besar orang-orang yang bekerja diluar negri, menggunakan hasil bekerjanya untuk
sesuatu hal yang bersifat konsumtif, padahal PJTKI pada masa pelatihan sebelum
berangkat sudah memberitahu kalau uang dari hasil bekerja lebih baik digunakan
untuk modal usaha”. Orang-orang ini lebih mementingkan membeli sesuatu yang
kelihatan sebagai tanda kesuksesan, karena biasanya setelah pulang, mereka
ditanya “adoh-adoh neng luar negri, wis tempel opo”?. Ya gitu mas, budaya
seperti itu sudah sering kita dengar”.
Berikut perubahan ekonomi dan sosial yang dapat digambarkan :
Informan
|
Faktor yang mempengaruhi
|
keterangan
|
Faizah
|
1) Ekonomi
|
Kondisi ekonomi suami yang masih bekerja dengan upah
yang minim membuat istri menjadi pemegang kendali atas perekonomian keluarga
|
Atika
|
1) Ekonomi
2) Budaya Luar
|
Tambahan atas mesin jahit yang dibeli dari sisa
penghasilan selama menjadi TKW, membuat perekonomian keluarga menjadi lancar,
di tambah anak-anaknya sekarang sudah bekerja. Sehingga gaya hidup dan pola
konsumsi merekapun berbeda.
Cara berpakaian dan mengenakan jilbab
|
Pada tabel diatas, hampir semua informan terjadi perubahan ekonomi, secara
fisik terlihat adanya perubahan dari rumah, hingga modal kerja yang bertambah.
Ketika kekuatan ekonomi berubah, maka berubah pula perilaku ekonomi yang ada,
dari yang dulunya tidak memiliki “apa-apa” sekarang memiliki akses kendaraan,
rumah yang sudah direnovasi dan beberapa diantaranya dapat menikmati
keberlangsungan hidup yang lebih baik karena penghasilan selama bekerja di luar
negri di gunakan untuk membeli mesin jahit baru, atau membuat usaha baru.
B. Analisis Dampak Terhadap
Keberlangsungan Hidup Keluarga
Setelah mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
sosial-ekonomi, maka diperlukan analisis dampak dari perubahan tersebut hingga
perubahan tersebut mempengaruhi keberlangsungan hidup keluarga.
Dari data yang diperoleh, keberlangsungan hidup keluarga sangat erat
kaitanya dengan peran para perempuan pekerja migran. pemanfaatan sumber modal
yang didapatkan dari hasil bekerja selama menjadi TKW, secara tidak langsung
menjadi rintisan awal meningkatnya perekonomian keluarga. Dampak yang terjadi
dalam institusi keluarga adalah adanya kegiatan ekonomi baru pasca migran. melihat
fenomena tersebut, kegiatan perubahan ini membawa dampak positif terhadap
keberlangsungan hidup keluarga. Dalam kasus Linda Wati, dampak keberlangsungan
hidup keluarga tidak terjadi, karena perubahan perilaku sosial-ekonomi dari
Linda Wati tidak mengalami perubahan secara positif. Hal ini dapat di simpulkan
bahwa, perubahan sosial-ekonomi yang positif akan membawa kepada perubahan
perekonomian keluarga kearah positif pula, begitupun sebaliknya, sehingga
perubahan tersebut akan menimbulkan efek pada keberlangsungan hidup keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Komnas
Perempuan. 2009. Memecah Kebisuan; Agama mendengar Suara Perempuan Korban
Kekerasan Demi Keadilan Respon NU. Jakarta
Profil
Potensi Desa dan Kelurahan Karanganyaar –Tirto. 2011. Dalam buku Profil Potensi
desa karanganyar. Pekalongan
Masatun.
2012. “Motivasi dan jumlah TKW di Keluarahan Karanganyar - Tirto “. Wawancara
dengan mantan TKW Arab Saudi yang sekarang menjadi calo, 14 Maret 2012
Nur
jannah. 2012. “Perubahan Perilaku mantan TKW”. Wawancara dengan salah satu
Keluarga Mantan TKW di desa karanganyar – tirto, 11 maret 2012
Friedman
Howard S. dan Schustack Miriam W. 2006. Kepribadian
; Teori Klasik dan Riset Modern, edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Tri
Dayaksini dan Hudaniah. 2009, Psikologi Sosial, Malang: UMM Perss
Anwar.
2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Penerbit Alfabeta
Esty.
2009. “Pekerja Anak pada sektor Industri
Rumah Tangga (home industri) Kota Pekalongan (Studi perilaku Sosial – Ekonomi
dan Keagamaan)” . Dalam Laporan hasil penelitian. Pekalongan
Ahmad Tanzeh. 2009, Pengantar
Metodologi Penelitian, Tulungagung: Teras
[1] Berdasarkan data mata
Pencaharian pokok yang didapat dari data
profil Kelurahan Kalanganyar – Tirto Kabupaten Pekalongan
[2] Berdasarkan hasil
observasi sementara dilapangan,
wawancara dengan mantan tkw arab saudi yang sekarang menajadi calo.
[3] Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Kepribadian
; Teori Klasik dan Riset Modern, edisi ketiga (Jakarta, Erlangga: 2006),
hlm. 229
[6] Esty, “Pekerja Anak pada sektor Industri Rumah
Tangga (home industri) Kota Pekalongan (Studi perilaku Sosial – Ekonomi dan
Keagamaan)” (Pekalongan, Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2009 ), hlm.8
[10]http://www.google.co.id/bocahbancar.files.wordpress.com/pertemuan-i-pengertian-perilaku.
[11] Save M. Dagun, Sosio
Ekonomi, Analisis Eksistensi Kapitalisme dan Sosialisme. Jakarta: Rineka Cipta.
1992. Hlm. 59
[13] Ambo Upe, Tradisi
Aliran dalam Sosiologi, Dari filosofi positivistik dan post positivistik, 2010
cet.1(.Jakarta: Raja Grafindo Persada). Hlm.55
[14] http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html
[15] Mansour fakih, Analisis
Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999, hlm. 5,
lihat juga dalam Triana Sofiani , Pergeseran Pola relasi Gender dan Eskalasi
Cerai gugat dalam keluarga perempuan pekerja migran kabupaten pekalongan,Penelitian
STAIN pekalongan.2009.
[17] J. Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto, Sosiologi; Teks pengantar dan terapan, Jakarta: Prenada Media, 2007.
Hlm.227.
[26] Karl Marx.(tjr) TB.
Botomore. Karl marx. Selected writings in sosiology and social philosopy.
McGraw-Hill Book Company.1956.hlm. 273
0 komentar:
Posting Komentar